===
Berikut sharing saya tentang topik Millenials Generation (mereka yang lahir di era tahun 80an hingga 2000-an). Highlight berikut ini, selain dari temu forum tersebut, juga dari pengalaman di sekeliling
*) Understand the Millennial Generation
Perusahaan perlu memahami habbit, wants, needs dari generasi millenial. Agar dapat memaksimalkan potensi mereka. Mari kita melihat changing workforce (perubahan pada tenaga kerja).
Elance & Desk ‘s Survey |
Workplace menjadi semakin progressive dan purposeful. Generasi millenial membentuk kembali workplace dengan inovasi, autenticity, mentors, traning dan clarity around communication. Positifnya, para generasi millenial memiliki kecenderungan bahwa mereka punya purpose, goal dan peduli dengan dunia mereka.
Bagaimana Gen Y (Millenials) ini mengubah workplace – untuk menjadi lebih baik :
- Millenials merupakan generasi pertama yang tidak takut untuk fight for equality in the workplace. Salah satu contoh sederhana saja : tak hanya pria, ada pula wanita yang bekerja sebagai driver untuk uber, grab, gojek, gocar dst.
- Millenials berpikir outside the box. Mengacu pada hasil penelitian Elance & Desk, bahwa millenials cenderung lebih kreatif dan memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurial), dibandingkan generasi X. Hal ini tentu essensial bagi perusahaan untuk memiliki sumber daya yang kreatif dan punya forward-thinking solutions. Kita tak bisa menutup mata bahwa entrepreneurs merupakan pendorong ekonomi, salah satu buktinya pada ekonomi Amerika.
*) Misconceptions about Millennial Generation
~ Generasi Millenials ini sering disebut tidak loyal karena mudah berpindah-pindah pekerjaan. Apakah demikian? Tidak juga. Coba kita pahami. Dunia digital memberikan semakin banyak pilihan / opsi dan juga kecepatan memperoleh informasi. Akses untuk hal tsb tentu sangat besar bagi generasi ini.
Dan menjadi tugas perusahaan untuk mengenali perkembangan ini. Bagaimana membuat perusahaan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi karyawannya. Sehingga mereka (gen Y) dapat menggali potensinya untuk kemajuan perusahaan atau brand.
Mari kita lihat Google, Facebook, Twitter. Perusahaan tsb membangun atmosfir kerja yang mendorong kreativitas. Lingkungan yang memberi kebebasan bertanggung jawab bagi staf nya, misalnya mereka dapat bekerja mobile di lokasi manapun (di luar kantor) tetapi progress dan hasil kerja tetap terjaga.
Monica Oudang (HR Gojek) juga membagikan bagaimana atmosfir kerja di Gojek telah membantu mendorong kreativitas, loyalitas dari karyawannya. Yang pada akhirnya berujung pada satisfaction dan keberhasilan perusahaan. Di gojek misalnya, ada aturan / sistem yang tidak mengekang karyawan untuk selalu bekerja. Gojek memberikan kebebasan karyawan mengatur waktu cuti dan waktu kerja nya sendiri. Yang terjadi, justru bukan karyawan malah semakin sering mengambil cuti, tapi justru mereka semakin bijak mengatur waktu cuti nya dan lebih semangat untuk meng-optimalkan waktu kerja. Di sisi lain, perusahaan juga menyediakan rewards dan bonus bagi karyawan yang rajin dan mencapai prestasi tertentu.
- Generasi Millenials are selfish and don’t give back. Salah satu miskonsepsi tentang generasi Y tsb. Meskipun diakui memang gen Y sering melakukan selfie (foto), mendokumentasikan gambar makanan dan dimana mereka berada, lalu membagikannya di twitter/ fb/ path/ IG dll. Well, walaupun mereka selalu live on social media, menampilkan ini dan itu……tak juga berarti gen Y tsb selfish and don’t give back.
Generasi ini memang sangat ekspresif dalam menunjukkan pikiran dan perasaannya. Mereka terlibat dalam hal-hal sosial, misalnya donasi/ charity, recycle, carpool, atau menjaga anggota keluarga dan kerabat yang sakit. Gen Y menunjukkan pula interest-nya pada Social Entrepreneurhsip, Kolaborasi untuk membantu lingkungan. Teknologi dan aplikasi seperti crowdfunding, couchsurfing, uber semakin berkembang. Ini yang kemudian disebut Millenials mendorong sharing economy (ekonomi berbagi).
===
Founder kitabisa.com, Al-Fatih Timur, atau yang biasa dipanggil Timmy juga berbagi, bagaimana generasi angkatannya yang terhitung millenials 🙂 punya kepedulian dengan hal-hal sosial dan masyarakat. Kitabisa.com adalah platform crowdfunding seperti kickstarter di amerika. Platform ini mengundang partisipasi masyarakat untuk saling membantu suatu program/ masalah sosial tertentu. Di luar negeri, platform crowdfunding sudah cukup banyak dan sering digunakan, tidak hanya untuk hal berbau sosial tapi juga komersial seperti mengadakan pertunjukan – membuat produk tertentu dst. Namun di Indonesia, kecenderungannya saat ini crowdfunding lebih kepada program sosial.
Jadi, pemahaman tentang generasi millenials ini semoga dapat menjadi masukan bagi perusahaan dan pemimpin organisasi.
Catatan bagi leader/ pemimpin organisasi :
– Start with yourself and then : Give – Teach – Share.
– Manage through strories & example.
– Learn & connect.
– Push yourself more. Rinse and repeat.
– Have some fun while you’re doing it all too.
Ratih Ibrahim (HR Consultant) berbagi bahwa leaders saat ini sebaiknya tidak berperan sebagai boss tapi Coach. If you deliver the best, they also push theirself to do the best.
Sanjay Bharwani (SEVP Human Capital Bank Mandiri) menambahkan : enough structure to them. KPI (key performance indikator) per 3 bulan dan fleksibility itu yang terbaik.
Monica Oudang (HR Gojek) mengutarakan : millenials –> we don’t manage them, but we provide tools that they can manage themselves.
===
Dengan informasi dan sharing tsb, kita dapat memahami lebih baik dan memelihara komunikasi/ diskusi yang baik dengan generasi millenials .
Dan tentunya mari kita memiliki perspektif dan sudut pandang yang baru dalam melihat generasi millenials. Sehingga dapat bersama-sama mengenali dan mendorong potensi yang ada.
Terimakasih untuk FEB UI yang menyelenggarakan inspiring talk show dan temu alumni, 30 Sept’ 2016. Ditunggu serial berikutnya 🙂
Tinggalkan Balasan